Semarang, 26 Agustus 2024 — Aksi unjuk rasa yang digelar oleh Gerakan Rakyat Menggugat (Geram) Jawa Tengah di depan Balai Kota Semarang pada Senin (26/8) berakhir ricuh. Dalam kericuhan tersebut, dua orang mahasiswa mengalami luka-luka dan terpaksa dilarikan ke rumah sakit.
Menurut laporan, aksi yang melibatkan mahasiswa dari berbagai kampus di Semarang ini dimulai dengan konvoi dari UIN Walisongo dan berakhir di depan Balai Kota. Selama demonstrasi, terjadi ketegangan antara massa aksi dan pihak kepolisian. Beberapa mahasiswa dilaporkan terkapar di Jalan Pemuda, sementara ambulans harus menerobos barisan massa untuk mengevakuasi salah seorang mahasiswa yang terluka.
Salah seorang mahasiswa UIN Walisongo, Rizqi, mengungkapkan bahwa temannya mengalami luka serius di bagian mata akibat pukulan polisi. “Mata sebelah kirinya ada luka lecet. Kena pentungan polisi saat demo,” kata Rizqi. Mahasiswa tersebut dibawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan medis.
Selain insiden tersebut, pihak kepolisian mengamankan 27 orang yang terlibat dalam aksi anarkis, termasuk siswa pelajar dan mahasiswa dari berbagai kampus di Semarang. Mereka ditangkap setelah terlibat dalam kericuhan dan penolakan terhadap revisi undang-undang Pilkada.
Tuntutan utama dari massa aksi Geram Jateng mencakup pengawalan PKPU Pilkada, penolakan terhadap revisi UU TNI/Polri, pengesahan RUU Perampasan Aset, sorotan terhadap perampasan ruang hidup di Jawa Tengah, serta permintaan agar Presiden Jokowi turun dari jabatannya.
Keberadaan massa aksi di jalan-jalan utama Semarang dan ketegangan yang meningkat menyebabkan situasi menjadi tidak terkendali, mengakibatkan bentrokan dengan pihak keamanan. Polisi berusaha mengendalikan situasi dan mengamankan area tersebut agar tidak meluas.
Situasi ini menyoroti ketegangan antara kelompok masyarakat dengan aparat keamanan dalam berbagai aksi protes yang sering terjadi di berbagai wilayah, serta pentingnya dialog antara pihak berwenang dan demonstran untuk mencegah konflik lebih lanjut.